Selasa, 21 Oktober 2014

Asap Tebal Muncul Lagi, Tangkap Pembakar Hutan di Jambi

Ribuan hektar lahan terbakar di Kabupaten Batanghari. Foto Fajar Yogi Arisandi
JAMBI-Kalangan aktivis lingkungan di Provinsi Jambi mendesak aparat keamanan dari polisi kehutanan, jajaran kepolisian dan TNI bersikap tegas dan proaktif menangkap para pelaku pembakaran lahan dan hutan di daerah itu. Para pelaku pembakaran lahan dan hutan di Jambi perlu dikejar sampai ke lokasi–lokasi pembukaan perkebunan kelapa sawit agar mereka tidak memiliki kesempatan membakar lahan dan hutan secara sembunyi–sembunyi.

“Pihak keamanan diharapkan tidak hanya menangkap para pelaku pembakaran lahan dan hutan setelah mendapat laporan masyarakat. Seharusnya para petani dan pihak karyawan perusahaan perkebunan kelapa sawit yang sedang membersihkan dan membuka areal kebun sawit diawasi ketat. Hal itu penting agar mereka tidak memiliki peluang membakar lahan dan hutan,”kata Direktur Eksekutif Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warung Informasi Konservasi (Warsi) Jambi, Rudy Syaf kepada wartawan, Senin (20/10) terkait munculnya kembali asap tebal di Jambi.

Menurut Rudy Syaf, munculnya kembali asap tebal di Jambi, Minggu (19/10) diduga akibat pembakaran lahan dan hutan yang dilakukan para petani maupun pengusaha perkebunan kelapa sawit di daerah itu, Sabtu (18/10). Dugaan itu muncul karena asap sudah sempat hilang di Jambi, Jumat (17/10) menyusul turunnya hujan di daerah Jambi.


Rudy Syaf mengatakan, para petani dan pihak perusahaan perkebunan kelapa sawit leluasa berulang-ulang melakukan pembakaran untuk pembukaan maupun pembersihan areal perkebunan mereka karena lemahnya pengawasan dan kurangnya tindakan tegas aparat keamanan terhadap para pelaku pembakaran lahan dan hutan.

“Pengawasan terhadap pembakaran lahan dan hutan di Jambi kami lihat lemah. Hal itu tercermin dari banyaknya kasus kebakaran lahan dan hutan yang tidak diproses secara hukum. Menurut pantauan kami di lapangan, kebakaran lahan dan hutan di Jambi banyak terjadi di areal perusahaan kebun sawit. Tetapi tidak ada perusahaan yang terjerat hukum terkait kasus kebakaran lahan dan hutan. Hanya beberapa orang petani kecil yang tertangkap membakar lahan dan hutan,” katanya.
Sementara itu pantauan Harian Jambi di Kota Jambi, Minggu (19/10) sore dan Senin (20/10) sore asap tebal kembali menyelimuti. Asap membuat jarak pandang di kota itu Minggu sore hanya sekitar 500 meter. Kondisi tersebut membuat penerbangan di Bandara Sultan Thaha Syaifuddin (STS) Kota Jambi kembali lumpuh. Pesawat dari Jakarta dan Batam, Kepulauan Riau tidak ada yang bisa mendarat di bandara itu akibat asap.

Asap tebal yang hampir dua bulan menyelimuti daerah itu sempat menghilang Jumat (17/10) siang menyusul hujan deras yang mengguyur kota itu dan beberapa kabupaten. Hilangnya asap tersebut membuat udara di Kota Jambi mulai bersih dan segar dan penerbangan pun normal. Kondisi tersebut bertahan hingga Sabtu (18/10).

Namun Minggu (19/10) pagi, asap tebal kembali menyelimuti kota itu. Asap yang berasal dari kebakaran lahan dan hutan di kota itu semakin tebal Minggu siang hingga sore. Menurut prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisikan (BMKG) Provinsi Jambi, Bahar Abdullah, jarak pandang di Kota Jambi Minggu pagi sekitar pukul 07.00 WIB sekitar 1.800 meter. 

Kemudian jarak pandang tersebut secara drastis menurun menjadi 800 meter sekitar pukul 09.00 WIB akibat asap tebal. Mulai Minggu siang pukul 13.00 WIB hingga Mingu petang sekitar pukul 18.00 WIB, jarak pandang di Kota Jambi hanya sekitar 500 meter. Kondisi demikian menyebabkan Bandara STS Kota Jambi kembali lumpuh.



Taka ada pesawat yang mendarat dan berangkat di bandara tersebut Minggu siang hingga petang. Namun Senin (20/10) aktifitas penerbangan sudah mulai ada walau hanya beberapa maskapai karena Kota Jambi diguyur hujan deras dan angin kenceng sehingga membuat asat sedikit menipis.(lee)

Tidak ada komentar: