Rabu, 30 September 2015

Bingkai Budaya yang Tak Lekang dari Pekabaran Injil di Simalungun


Ephorus GKPS, Pdt Martin Rumanja MSi (tengah) menari bersama jemaat GKPS Jambi dan Kumpulan Marga Purba Tambak Jambi. Foto Asenk Lee Saragih


Ephorus GKPS, Pdt Martin Rumanja MSi (kiri) manortor (menari) dengan sesepuh GKPS dari Jambi, St Raja Kumpul Purba (kanan) pada malam kesenian "Marsombuh Sihol (Melepas Rindu), Semalam di Simalungun" Pesta Olob-olob GKPS Resort Jambi di GKPS Kotabaru, Kota Jambi, Sabtu (19/9) malam. Foto Asenk Lee Saragih
Pesta Olobolob GKPS Resort Jambi

Jambi, MR-Lengkingan suara sang biduan melantunkan tembang-tembang lawas dan anyer berirama khas Simalungun memecah keheningan malam itu. Suara sopran sang biduan malam itu kian terasa syahdu tatkala berpadu dengan iringan kolaborasi musik modern organ tunggal dengan perangkat musik tradisional Batak Simalungun, seruling dan gonrang (gendang).

Itulah nuansa yang kental terasa ketika menyaksikan pergelaran seni – budaya Simalungun pada malam kesenian "Marsombuh Sihol (Melepas Rindu), Semalam di Simalungun" di lapangan Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Kotabaru, Kota Jambi, Sabtu (19/9) malam.

Menikmati sajian lagu-lagu Simalungun tempo dulu dan masa kini pada malam kesenian daerah tersebut, perasaan pun seakan hanyut terbawa kenangan ke masa lalu di tanah Simalungun. Kepiawaian artis idola Simalungun Intan Saragih dan grup musik kondang Simalungun, Nisha Grup asal Pematangsiantar, Sumatera Utara menampilkan sajian hiburan khas Simalungun malam itu juga membuat hadirin seakan terlupa suasana pengap akibat asap yang masih menggelayut di seantero Kota Jambi.

Terhipnotis senandung kenangan Simalungun lewat suara khas Intan Saragih, tepuk tangan hadirin pun bergemuruh. Rasa rindu mereka terasa terpuaskan setelah menikmati lagu-lagu berirama khas Simalungun, termasuk taur-taur (sinden) Simalungun. Kemudian mereka juga menikmati sajian tarian khas Simalungun yang dibawakan anak-anak warga GKPS kelahiran Jambi pada malam kesenian tersebut.

"Seperti berada di kampung halaman saya rasakan malam ini. Nuansa Simalungun sangat terasa begitu menikmati lantunan suara syahdu Intan Saragih membawakan lagu-lagu Simalungun. Sudah lama saya tidak pernah menikmati pentas seni khas Simalungun seperti ini," ujar Rosma Girsang (60), warga Simalungun Jambi kepada Media Regional di sela-sela pentas hiburan Simalungun tersebut.

Tak Lekang

Pimpinan GKPS Resort Jambi, Pdt Jadiman Purba (JP) Tamsar pada malam kesenian tersebut mengatakan, pihaknya menggelar pentas kesenian Simalungun untuk memeriahkan Pesta Olob-olob (Sukacita) memperingati 112 Tahun Pekabaran Injil di daerah Simalungun tingkat GKPS Resort (Wilayah) Jambi. PestaOlob-olob tersebut dihadiri Ephorus (Pimpinan Pusat) GKPS, Pendeta (Pdt) Martin Rumanja Purba, MSi.

Menurut Pdt JP Tamsar, selama ini sudah menjadi tradisi bagi segenap warga GKPS menggelar pentas kesenian daerah Simalungun setiap perayaan Pesta Olob-olob Pekabaran Injil medio September. Tradisi seperti itu juga tetap dilaksanakan di GKPS Jambi karena kehidupan bergereja warga GKPS tak pernah lekang dari sentuhan – sentuhan seni - budaya. GKPS juga tetap memanfaatkan gereja sebagai salah satu pewarisan nilai-nilai budaya serta pelestarian seni – budaya Simalungun.

"Pentas kesenian Simalungun selalu digelar setiap perayaan Pesta Olob-olob Pekabakaran Injil di GKPS Jambi untuk mengobati rasa rindu warga GKPS dan Simalungun di Jambi terhadap seni-budaya daerah mereka. Bahkan, untuk memuaskan rasa rindu seni budaya daerah tersebut, kami pun selalu mengundang artis-artis dan seniman Simalungun ke Jambi seperti malam ini," katanya.
Lebih Kental


Nostalgia terhadap tanah Simalungun terasa lebih kental lagi pada Pesta Olob-olob Pekabaran Injil di GKPS Jambi ketika dihelat tarian bersama seusai ibadah bersama di GKPS Kotabaru Jambi, Minggu (20/9). Seakan belum puas menikmati sajian pentas seni Simalungun pada "Marsombuh Sihol, Semalam di Simalungun," Sabtu (19/9) malam, sekitar 600 orang warga GKPS Jambi beserta para undangan dari marga-marga Simalungun di Jambi turun ke arena menyanyi dan menari bersama.

Mereka seolah tak menghiraukan kepulan asap tebal kebakaran hutan dan lahan yang sebenarnya mengganggu pernafasan serta menyengatnya udara panas dan gerah. Suasana pentas musik dan tari tersebut semakin menghangat ketika Intan Br Saragih meladeni permintaan hadirin melantunkan lagu-lagu rancak daerah lain, termasuk lagu Flores yang saat ini popular di blantika musik pop Indonesia, "Gemu Fa Mi Re" (Maumere).

Suasana hangat di tengah hentakan musik khas Simalungun berirama rancak tersebut pun menggerakkan warga jemaat, khususnya pemuda GKPS Resort Jambi yang mengajak Ephorus GKPS, Pdt Martin Rumanja MSi bersama isteri, Lonita Silalahi turun ke arena menari bersama.

Identitas GKPS

Mengapresiasi antusiasme warga jemaat GKPS Jambi dan warga Simalungun di Jambi terhadap pentas seni – budaya Simalungun tersebut, Ephorus GKPS, Pdt Martin Rumanja MSi mengatakan, memang Pekabaran Injil di Simalungun sejak 112 tahun silam hingga kini tidak terpisahkan dari seni – budaya Simalungun.

Bahkan, nilai-nilai luhur seni - budaya Simalungun banyak diadopsi para misionaris dari Jerman untuk mempercepat Injil diterima masyarakat Simalungun. Lagu-lagu daerah Simalungun banyak dijadikan lagu rohani berbahasa Simalungun. Kemudian Alkitab juga diterjemahkan dalam bahasa Simalungun.

Dan yang lebih terpenting lagi, lanjut Martin Rumanja, nilai-nilai luhur adat Simalungun yang menonjolkan kelemah-lembutan menjadi salah satu penopang utama keberhasilan misionaris Jerman dan para penginjil pertama di Simalungun mengabarkan Injil ke seantero daerah Simalungun.

Nenek moyang orang Simalungun terkenal dengan turur sapa, bahasa yang lemah lembut. Melalui tutur kata yang lemah – lembut tersebut, nenek moyang orang Simalungun mampu menciptakan kebersamaan yang erat di tengah keluarga, gereja, dan masyarakat.

"Semangat kebersamaan tersebut memampukan misionaris Jerman, August Thais menghadapi aral rintangan dalam Pekabaran Injil di Simalungun sejak 2 September 1903. Kebersamaan itu pula yang menjadi bekal utama pendeta dan penginjil di Simalungun mampu mendirikan GKPS sejak 1963 ini," katanya. 

Melihat besarnya peran seni – budaya daerah dalam Pekabaran Injil di Simalungun lebih satu abad, Ephorus GKPS, Pdt Martin Rumanja Purba MSi mengarahkan perhatian warga jemaat untuk menerapkan kembali nilai-nilai luhur budaya dalam kehidupan keluarga, gereja, dan masyarakat, terutama sikap lampei marsahap(berbicara lemah – lembut). Melalui bahasa yang lemah – lembut, santun, kebersaman keluarga, gereja, dan masyarakat pun dapat dijalin lebih baik untuk mengatasi berbagai pergumulan hidup.

"Melalui kelemah-lembutan itu juga keluarga, gereja, dan masyarakat mampu mengubah keadaan kehidupan yang tidak baik menjadi baik. Sikap lemah – lembut, sopan, dan penuh tata krama tersebut juga perlu diwarisi segenap warga GKPS agar GKPS bisa menjadi pilar pembangunan moralitas dan karakter bangsa," paparnya.

Orang Simalungun, termasuk warga GKPS, lanjut Pdt Martin Rumanja, termasuk orang kecil di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, orang Simalungun bisa memberikan kontribusi besar dalam pembangunan masyarakat melalui pembelajaran mengenai tata – krama, karakter, dan moralitas di tengah masyarakat.

"Sikap lampei atau lemah lembut dalam bertutur kata dan sopan dalam berperilaku merupakan ciri khasompung (nenek moyang) kita Simalungun sejak dahulu kala. Sifat seperti itu tentunya masih tetap relefan kita laksanakan dalam kehidupan keluarga, gereja, dan masyarakat agar Simalungun semakin dikenal dan bisa memberikan sumbangsih bagi pembangunan bangsa kita," katanya. (Asenk Lee)

Tidak ada komentar: